Senin, 09 September 2019

Jadi Idola Anak-anak hingga Cicipi Ulat Sagu, Begini Keseruan Octa Ridwan, Mahasiswa Psikologi UEU Saat Ikuti YSS-ASEAN Student Volunteer Mission to Sarawak 2019

Esaunggul.ac.id, Selama hampir 20 hari, Octa Ridwan Pratama, mahasiswa Psikologi Universitas Esa Unggul mengikuti YSS Student Volunteer Mission yang diselenggarakan di Sarawak, Malaysia, 15 Agustus-03 September 2019.  Sejumlah cerita dan pengalaman didapatkan oleh Octa saat mengikuti kegiatan tersebut, saat diwawancarai oleh Tim Esaunggul.ac.id, mahasiswa tingkat akhir ini menceritakan keseruan dirinya saat mengikuti kegiatan student Volunteer.
Octa mengatakan diawal mengikuti kegitan YSS Student Volunteer, dirinya terlebih dahulu diikutsertakan dalam kegiatan PDT (Pre Departure Training) yang berlangsung selama tiga hari yakni pada tanggal 16-18 Agustus. Kegiatan PDT ini sendiri diadakan sebagai persiapan awal akan pengetahuan dan Sharing Session sebelum para volunteer (sukarelawan) menjalankan misi di daerahnya masing-masing.
“Sebelum mengikuti kegiatan YSS ke sarawak, saya lebih dahulu dibekali oleh PDT (Pre Departure Training) selama tiga hari. Di sini kami diajarkan dan diperkenalkan terkait kebiasaan masyarakat sekitar, bagaimana melakukan pendekatan ke masyarakat, perkenalan YSS, First Aid, ASEAN, Socio-Culture dan banyak lagi,” ujar Octa beberapa waktu yang lalu.
Selepas mengikuti PDT, Octa bersama 18 temannya dari sejumlah negara ASEAN langsung diterjunkan untuk menjalankan misi kemanusiaan di Kampung Sungai UD, Sekolah Kebangsaan Sungai UD, Dalat District. Sejumlah program pun telah mereka persiapkan dalam kegiatan  Student Volunteer seperti program edukasi, manajemen krisis bencana, hingga pencegahan kebakaran.
“Saat mengikuti Student Volunteer sejumlah program kami laksanakan seperti Melakukan pengajaran English Fun Learning, Merekonstruksi Perpustakaan, dan Mengedukasi Anak Berkebutuhan Khusus kemudian Head of Crisis and Disaster Management Cluster melakukan adanya Fire Drill didukung oleh Kantor Pemadam Kebakaran Sarawak untuk edukasi  kepada masyarakat akan tindakan preventif dan hal yang harus dilakukan ketika terjadinya kebakaran,” terangnya.
Miliki Grup Fans Base dan Mencoba Ulat Sagu
Tidak terpikir dalam benak Octa, saat dirinya memiliki Grup fans based sendiri saat Student Volunteer. Pembentukan Fans Grup sendiri dibentuk oleh sejumlah anak-anak yang diajarkan olehnya hingga mengidolakannya.  Fans grupnya bernama”Fans Kakak Sukarelawan”.
“Aku kaget sih awalnya, kok bisa ada fans Grup dari anak-anak yang aku ajarkan. mereka berinisiatif banget untuk buat itu, lucu dan seneng juga mungkin itu bagian dari apresiasi mereka oleh kehadiran aku,” ujarnya.
Octa pun melanjutkan selama mengikuti kegaiatan Student Volunteer dirinya sering dikenal oleh anak-anak dengan sebutan “Jakarta Boy”. Hal ini dikarenakan, anak-anak yang diajarkan oleh Octa sangat tertarik dengan ceritanya terkait kemacetan dan kehidupan di jakarta.
“Mereka tuh Excited banget sama cerita-cerita aku terkait macet dan kehidupan Jakarta, mungkin selama ini mereka hanya mengetahui lewat televisi atau media , belum mendapatkan dari orang Jakartanya langsung,” ucapnya.
Pengalaman baru lainya yang Octa dapatkan ialah mencoba masakan setempat, yang paling  extrim dari makanan yang disugguhkan ialah Makanan lauk ulat Mulong atau Ulat sagu. “dari sekian banyak makanan yang disugguhkan saya agak ragu dengan masakan dari ulat sagu, sempat mencicipi sedikit, mungkin banyak yang bilang seperti lemak, tapi yaa,  setelah itu saya gak berani coba lagi,” ujar Octa sambil tersenyum.
Bakal Kangen dengan Kehangatan dan anak-anaknya
Menurutnya hal yang dapat dipelajari dari sejumlah kegiatan selama YSS Student Volunteer ialah budaya gotong royong yang sangat kuat di masyarakatnya. Selain itu, keramahan masyarakatnya kepada para pendatang dan mampu adaptif bisa dengan perubahan.
“kita bisa belajar banyak dari masyarakat kampung sungai ud sarawak yang masih solid dalam gotong royong dan mereka pun sangat welcome dengan masyarakat luar untuk beradaptasi dengan perubahan,” ujarnya.
Sambil  tersenyum, Octa pun mengatakan akan sangat merindukan suasana dan masyarakat Kampung sungai ud yang sangat hangat dan ramah kepada dirinya. Terutama pakcik Han, salah satu masyarakat yang menyiapkan rumahnya untuk para Student Volunteer, Octa pun memiliki kesan yang sangat banyak terhadap pakcik Han.
“Pasti bakal kangen banget sih, salah satunya sama Pakcik Han yang udah menyediakan tempat tinggal buat saya selama Student Volunteer. Udah saya anggap orang tua saya sendiri, banyak kenangan salah satunya selalu ada durian di rumah pakcik dan saya sama teman-teman makannya pakai Sago itu khas suku melanau,” ujarnya.
Diakhir wawancara bersama Octa, Dirinya pun berpesan kepada generasi muda terutama mahasiswa Esa Unggul untuk dapat berperan aktif menyumbangkan pengetahuan, keahlian serta skill kepada masyarakat dan lingkungan baik tingkat nasional, regional maupun internasional. Jangan mudah minder dengan mahasiswa dari berbagai negara, karena ketika  kita memiliki keyakinan dan percaya diri semua yang kita khawatirkan dapat kita lalui dan jalani.
“Mudah-mudahan ke depannya anak-anak muda Indonesia terutama mahasiswa Esa Unggul dapat mengikuti kegiatan Student Volunteer di tahun-tahun selanjutnya, karena kegiatan ini sangat positif dan memberikan pengalaman baru yang luar biasa kepada mahasiswa yang mengikutinya,” tutupnya.
YSS Student Volunteer merupakan sebuah kegiatan tahunan yang selalu diselenggarakan oleh Yayasan Sukarelawan Siswa (YSS) yang merupakan suatu organisasi dibawah naungan Kementerian Pendidikan Malaysia yang memiliki visi misi untuk membantu setiap daerah yang membutuhkan, dengan harapan ada dampak yang tinggi bagi daerah tersebut.
Octa Ridwan menjadi salah satu dari 12 mahasiswa Indonesia yang terpilih  oleh YSS untuk mengikuti kegiatan tersebut. Octa pun mewakili Indonesia dan bergabung dengan mahasiswa yang berasal dari negara-negara ASEAN seperti Brunei, Malaysia, Vietnam, Filipina, Myanmar dan lain-lainya.
Read More..

Selasa, 02 Juli 2019

Jadi Korban Body Shaming? Berikut Tiga Cara Bijak Hadapi Body Shaming


Psikolog Klinis Tara Adhisti de Thouars, B.A, M.Psi.

Esaunggul.ac.id, Maraknya perlakuan Body Shaming di masyrakat memberikan efek negatif terhadap para korban yang terkena Body Shaming. Hal ini lah yang mendasari sebagai kalangan baik pemerintah, Lembaga pemberdayaan, akademisi hingga masyarakat untuk memperhatikan permasalahan ini agar jangan sampai masalah Body Shaming ini menjadi sebuah bola salju.
Untuk itu, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Psikologi UEU menggelar seminar terkait Body Shaming yang mengangkat tema “How to Deal Body Shaming for Mental Health” yang digelar di Ballroom Aula Kemala, 26 Juni lalu. Salah satu pembicara Seminar yakni Psikolog Klinis Tara Adhisti de Thouars, B.A, M.Psi. terkait Tiga hal yang dapat dilakukan oleh para korban Body Shaming dalam bereraksi.
Pertama , Psikolog Cantik ini menerangkan para korban dapat melakukan Moving againts atau bereaksi kepada pelaku dengan cara melawan balik. Jika para pelaku mengatakan kejelakan yang kita miliki, maka sudah sepatutunya untuk berani melawan agar si pelaku jera dan tidak melakukan perbuatan itu kembali. “Misalnya pelaku Body Shaming mengatakan kelemahan kita dengan maksud menjelek-jelekan kita sempatasnya menyahuti dengan memberikan peringatan guna memberikan efek jera kepada si pelaku, atau bisa dengan membalas perkatan negatif dengan hal positif” ujarnya.


Para Pembicara Seminar

Cara kedua dalam menghadapi pelaku Body Shaming, Tara melanjutkan yakni dengan Moving Away atau menganggap Angin Lalu Setiap Ejekan dari Orang Lain sehingga dapat berupaya untuk Menutupi Kekurangan dan Menonjolkan Sisi Lain. “Jadi lebih baik, tak perlu pedulikan omongan yang negatif dan mencintai diri kamu adalah hal yang penting dalam melawan body shaming”. tutur Tara.
Lulusan Psikologi dari University of Queensland ini melanjutkan cara ketiga yang dapat digunakan untuk bereaksi terhadap Body Shaming yakni Moving Towards atau Berpikir Positif dan Sibukkan Diri dengan Melakukan Hal yang Bermanfaat. Jika Anda tidak mencintai diri Anda sendiri, maka orang lain pun tentu juga tidak. Oleh sebab itu cintailah diri Anda selayak yang Anda inginkan. Manjakan diri Anda untuk mendapatkan hal – hal yang baik, jangan biarkan kekurangan Anda menjadi penghalang Anda untuk bahagia.
Kunci dari menghidari Body Shaming terutama adalah lebih mencintai diri sendiri dengan segala kekurangan yang ada. “Menurut saya, ketika kita menjadi korban Body Shaming itu kuncinya ada di dalam diri kita. Tidak perlu membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain, karena semua orang memiliki kelebihannya masing-masing,” tutupnya.
Selain Tara Adhisti de Thouars, B.A, M.Psi, sejumlah pembicara pun dihadirkan dalam seminar Psikologi kali ini mereka diantaranya Aris Rahmatdi, S. H., M. H.⁣(Advocate Posbakum PN Jak-Bar, Deputy of General Secretary LKBH UEU), dan Soraya Hylmi⁣(Beauty Influencer, MC/Host/Presenter). Seminar Psikologi ini merupakan bagian dari Psychopostero 2019 yang diselenggrakan setiap tahunnya sebagai bagian dari program kerja tahunan Psikologi.

Read More..

Realted Posts